Contoh Tambo dari Kulit Kayu |
Tambo atau Sejarah, babad, hikayat, riwayat dalam bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau atau asal-usul (keturunan) silsilah, terutama bagi raja-raja yang memerintah.
Adapun ilmu sejarah adalah ilmu yang digunakan untuk mempelajari peristiwa penting masa lalu manusia. Pengetahuan sejarah meliputi pengetahuan akan kejadian-kejadian yang sudah lampau serta pengetahuan akan cara berpikir secara historis. Menggunakan tradisi lisan sebagai sumber sejarah, pertama-tama haruslah menempatkan sumber ini sebagai "jejak" bukan kesaksian--yang tertinggal dari masa lalu.
Sumber tradisi lisan adalah abstraksi dari pengalaman sosial suatu masyarakat (Geertz, 1973:20). Salah satu bentuk tradisi lisan yang terdapat di kalangan masyarakat, yaitu : Tambo.
Tambo adalah salah satu bentuk ekspressi atas kesadaran masyarakat terhadap masa lalu mereka. Tambo berisikan tentang seluk beluk kebudayaan dan adat serta asal usul masyarakat. Dalam Tambo terkandung "narasi-narasi kesejarahan" yang ditujukan untuk berbagai kepentingan sebagai ekspressi atas kondisi sosial pada waktu dimana Tambo itu dibuat. Pengisahannya tidak berbeda dengan tradisi-tradisi lisan lainnya, terutama kandungan cerita yang sukar dipertanggung jawabkan kebenarannya, karena sering bercampur dengan hal-hal yang tidak empiris.
Kisah-kisah yang dipaparkan pada umumnya tidak terlalu menghiraukan kebenaran apa yang disampaikan serta sering tidak kronologis (anakronis).
Tambo sebagai Tradisi Tuturan (Folklore) Pada awalnya substansi Tambo dituturkan secara oral, dikhabarkan dan didendangkan. Istilah "Tambo", yang diperkirakan berasal dari bahasa Sanskerta "Tambay" atau "Tambe" yang berarti bermula (Navis, 1984:45), maka diperkirakan tradisi ini sudah ada semenjak zaman Hindu atau Budha.
Substansi Tambo terdiri dari beberapa pokok, yaitu a.l.:
- Kisah : Kandungan kisah/cerita tentang asal usul masyarakat
- Adat Istiadat : Paparan tentang asal usul adat
Contoh : kisah/cerita asal usul abung siwo megou
Disadur dalam buku "recako wawai ningek" karya abdullah a.soebing, ba, penerbit PT. Karya Unipress, jakarta 1988
Negi Abung Siwo Memulo
1. Canguk ratcak pek ngumung
Rang guwai ketereman
Bubalah siwo wari
Memulo jeneng abung
Siwo migo buanggan
Ngebagi adat rebi
2. Unyai nyulukken arung
Hak adat kebuwayan
Pengakuk tutuk issei
Uban pagun terujung
Subing nunggu warisan
Unyi pemapah wari
3. Beliyuk pandai tarung
Kunang jayo ngebiyan
Bulan pemuas ati
Selagai tukang pinggung
Anak tuho meriyan
Tiso adat makkali
4. Pengakuk pai penegung
Memulo peguwayan
Adat lappung aseli
Cepalo sangun jujung
Singatur wawai anggan
Sai lakwat adat bumi
5. Pak sumbai wat ngegulung
Adat lak kebagian
Sahajo jadi sassi
Tegamoan benulung
Bahuga meger sayan
Pemuka tigo cakki
6. Semenguk ulu lutung
Unyen mak kelilipan
Nengani pituw wari
Silomayang benulung
Anying lakwat tetengan
Peduwo appai nyassi
Adeg abung siwo migo (memulo/canguk ratcak)
1. Unyai
Minak trio diso
Penyimbang asal bumi
Tuho megung pusako
Ngeliwin adik wari
2. Unyi
Minak permato jagad
Rayo tulin pengappak
Kak sako mecak adat
Mulo nalem buayak
3. Subing
Minak abang jayo
Rayo sangun susunan
Sai tuho iling diyo
Tuwah jayo ngebiyan
4. Buwai no Uban
Minak sang bimo datu
Rayo nihan turunan
Mehani tiyan pituw
Pagun tetep kilunan
5. Buwai no Bulan
Minak segutcang bumi
Rayo dilen liwinan
Kilingan bak mahani
Jemaweh mak wat mingan
6. Beliyuk
Minak rio tawang yuk
Rayo masso pusako
Najin durei mak sayuk
Pepido raduw makko
7. Rio Kunang
Minak Rio penambahan
Rayo masso pusako
Jak aji pemanggilan
Lapah sangun nyehajo
8. Selagai
Minak linggo gematti
Rayo masso pusako
Kak puas mejo meni
Appai dijo petungggo
9. Anak Tuho
Minak penetan aji
Rayo masso pusako
Meneng pagun wat ati
Cutik nayah jejamo
Novellia Yulistin Sanggem
Pangeran Mustika
Ketua Gamolan Institute Lampung
238fe303