Sertifikat Menteri Pendidikan Kebudayaan Republik Indonesia
"GAMOLAN"
Instrumen Musik Tradisional Lampung
Jejak Peradaban Pra Sejarah Nusantara
|
Gamolan adalah sebuah instrumen musik Lampung yang merupakan warisan budaya dunia. Dimulai dari perkembangan peradaban awal manusia hingga sekarang ini. gamolan mendapat pengaruh mulai pase Pra-sejarah, zaman klasik hingga zaman modern. Kebudayaan oral, batu, kayu hingga bambu, dan kepercayaan Animisme, Dinamisme, Hindu-Buddha, Islam dan Melayu. Bangsa India, China, Arab dan Eropa. Dari sekian pengaruh tersebut terbentuklah gamolan sebagai instrumen musik tradisional Lampung.
Keberadaan Gamolan diperkirakan telah ada ratusan tahun yang lalu. Setidaknya sampai tahun 1983 ketika Prof. Margaret J Kartomi mengadakan penelitian mengenai instrumen tersebut, ia hanya mencantumkan istilah gamolan untuk menyebutkan instrumen ini.
Berangkat dari teori H. Steward :
“ Bahwa yang relatif sederhana menyatakan lebih dahulu daripada yang relatif lebih rumit”.
Kemudian teori dari Margaret J Kartomi; yang mengatakan bahwa :
“Interestingly enough, the term gamelan, which usually refers to a complete orchestra, may originally have referred to a single instrument in Java too”.
Artinya :
“yang cukup menarik, istilah Gamelan sekarang ini di adalah merujuk kepada seperangkat alat musik, mungkin juga pada awalnya merunjuk ke nama sebuah alat musik tunggal pada zaman dahulu, termasuk di Jawa.
Gamolan berasal dari kata Begamol, Begamol sama dengan Begumul, kemudian Lampung menyebut Gumulan kemudian menjadi Gamolan hingga saat ini. Begumul asal katanya Gumulan dalam bahasa Melayu yang berarti berkumpul. Orang
Sketsa gamolan berbilah 7 tanpa nada 4 |
Pada awal peradaban pra sejarah,
diperkirakan masyarakat Lampung menggunakan gamolan sebagai alat komunikasi
tradisional. Alat yang digunakan pertamakali untuk komunikasi terutama untuk
berkumpul adalah menggunakan alat berupa vokal, setelah itu kemudian mereka
menggunakan alat apa saja berupa batu, kayu ataupun bambu satu buah.
Kayu atau bambu yang satu buah disebut kentongan dalam bahasa
Lampungnya Kelekup, baru setelah itu kentongan yang
satu buah ditambah dengan kentongan yang lainnya sehingga menjadi banyak. Namun
setelah itu kentongan ditambahkan bilah-bilah diatasnya. (Bilah atau lempengan
di atas gamolan disebut mata
dan kelekup atau kentongan yang sudah diberi lempengan disebut lambakan dalam bahasa Lampung).
Murhadi dari Kenali Lampung Barat
sedang memainkan Gamolan
|
Kentongan
sebagai alat komunikasi yang berlangsung pada zaman pra-sejarah, maka baru
sekitar abad ke 4 masehi kentongan diberi lempengan yang mempunyai nada, bersamaan kedatangan agamawan Budha ke bumi
Sekala Brak dengan membawa tangganada 12356 sebagai nada inti dan nada 7
sebagai nada tambahan, tangganada pentaton China tersebut telah ada sekitar
pada abad 8 SM. (Fu Chunjiang. Origins of Chinese Music. 2009)
Gamolan yang dibuat sekitar pada abad ke-4
Masehi dan mengalami puncak perkembangannya pada abad ke-5 Masehi. Sebab pada
abad ke-5 M di Lampung telah ada kerajaan Kendali bercorak China dan beragama
Budha yang ketika itu juga sedang mengalami puncak kejayaannya (W. P
Groenevelt, Paul Michel Munos, Richard Dick-Read), juga kerajaan Sekala Brak
Kuno yang bercorak India beragama Hindu. Diberitakan bahwa xylophone malah dieksport dari Asia
Tenggara ke Afrika pada abad ke-5 M. (Karl Edmund Prier sj, Sejarah Musik, 2008).
Disamping itu juga jika
relief instrumen musik di candi
Borobudur pada abad ke-8 M terpahat dibatu maka instrumen musik yang terbuat
dari kayu atau bambu telah ada pada abad sebelumnya. (Bram Palgunadi, Serat Kanda Karawitan Jawa, 2002).
Relief Gamolan di Candi Borobudur Abad ke-8 M |
Bukti
tersebut mengisyaratkan bahwa Candi
Borobudur tak bisa dilepaskan dari campur tangan orang Lampung, masyarakat
Lampung turut membangun candi Borobudur
yang merupakan keajaiban Dunia. Karena hal itu bisa terjadi gamolan secara antropologi (kebudayaan)
ada di Lampung, akan tetapi secara arkeologi Gamolan terpahat di Candi Borobudur pada abad ke 8 Masehi.
Gamolan
adalah instrumen musik yang hampir semua bahan
bakunya terbuat dari bambu, kecuali tali
untuk mengikatkan bilah bambu ke lambakan, pada awalnya terbuat dari rotan, namun saat
ini terbuat dari nilon. Instrumen ini
hanya satu buah, bukan sekelompok instrumen atau kelompok ensambel yang terdiri
dari beberapa instrumen. Namun dalam perkembangan berikutnya ditambah dengan
instrumen musik yang lain sebagai musik pengiring.
Gamolan
tersebar di daerah Lampung Barat terutama di wilayah Sekala Brak, di antaranya: Kenali (Buay Belunguh), Batu Brak (Buay Pernong), Kembahang (Buay
Bejalan Di Way), hanya di Sukau (Buay Nyerupa) tidak banyak terdapat persebaran
instrumen gamolan.
Pertunjukan gamolan tidak menuntut waktu dan tempat
khusus untuk dimainkan, karena instrumen musik ini berasal dari ranah hiburan
pribadi. Pertunjukan instrumen musik ini
dimainkan secara tunggal, namun bisa juga berbentuk ansambel, instrumentalia, vokal, maupun musik pengiring
tari seperti dalam acara pernikahan, sunatan dan lain-lain.
Pada zaman dahulu, lagu atau tabuhan instrumen tersebut merupakan cerminan dari masyarakat pendukungnya yang dihadirkan melalui kegiatan berkesenian. Masing-masing daerah biasanya memiliki ciri dan kekhasan antara satu daerah dengan daerah lainnya; sebagai contoh tabuh sekeli adalah lagu dari masyarakat Belalau, tabuh sambai agung dan tabuh Jarang adalah lagu dari masyarakat Batu Brak dan tabuh alau-alau adalah lagu dari masyarakat Kembahang.
Ciri khas
melodi atau nada yang terdapat dalam
instrumen gamolan
menggambarkan suatu suasana kesederhanaan, keluguan, kemurnian melodi dan
juga melodi yang kuat. Juga sesuatu yang
menjadi ciri khas gamolan lainnya adalah instrumen tersebut mempunyai suara yang
lembut, sahdu dan juga suara yang keras.
Ketika
ada perayaan upacara pernikahan misalnya, maka
seluruh prosesi tersebut akan dihibur oleh bunyi-bunyian tak terkecuali gamolan. Acara muda-mudi yang dilakukan pada siang dan malam hari
salah satunya acara nyambai, dalam acara tersebut disertai dengan
memainkan instrumen gamolan.
Mitologi
Gamolan
Pada
zaman dahulu, proses pembuatan, pemilihan bambu dan lain-lain, sangat
tergantung kepada kepercayaan masyarakat pada saat itu. Untuk memperoleh hasil
gamolan yang baik dengan cara bambu direndam di dalam air sekitar satu tahun,
perendaman bambu mencari daerah lubuk yang paling dalam. Kemudian setelah satu
tahun, satu orang masuk ke dalam air dan yang satunya di atas air, pembuat
gamolan yang di dalam air kemudian memukul bambu yang direndam tersebut hingga
terdengar sama orang yang di atas air. Jika bambu yang dipukul tidak terdengar
maka belum bisa dilakukan pembuatan bambu untuk gamolan.
Proses
Pembuatan Gamolan
Prof Margaret J Kartomi dan Has |
- Bambu yang telah ditebang, lalu dipotong sesuai dengan ukuran. Satu batang bambu bisa dibuat seluruh bagian gamolan. Lalu yang paling dipilih bagian lambakan dulu karena hanya ukuran ruas bambu yang panjangnya minimal 50 cm yang bisa diambil. Kemudian bagian mata di potong sesuai dengan ukuran mata yang paling pendek sampai yang paling panjang.
- Bambu yang telah berbentuk lambakan dan mata direndam dalam air yang telah diberi pestisida minimal 3 hari, makin lama makin baik.
- Setelah direndam dalam air lalu dikeringkan dengan cara posisi Lambakan diletakkan secara vertical pada tempat yang tidak terkena sinar matahari langsung. Sementara mata bisa dijemur yang langsung terkena sinar matahari sampai kering betul. kemudian baru bisa dibuat gamolan setelah minimal 6 bulan.
- Lambakan dan mata dirapikan dan dihaluskan. Merapikan bagian yang kasar menggunakan pisau, sementara penghalusan menggunakan amplas.
- Setelah rapi dan halus maka lambakan dan mata di dipernis dan dipelitur.
- Diadakan penyeteman mata gamolan.
- Proses yang terakhir yaitu merangkai mata ke atas lambakan baru kemudian menjadi gamolan.
Ada beberapa contoh syair mengenai gamolan yang terdapat pada warahan (cerita) di masyarakat Lampung.
1. Hilman Hadikusuma, Iwan Nurdaya Djafar
Warahan Raden Jambat. DKL. Grafikatama Jaya. 1995, 31
Radin Jambat kuasa, turun di Tanjung Jambi
waktu dijaman paija, makkung tahun masehi
bijing pak salimbangan, pusiban pitu tanjak
ditunggu tetabuhan, gamolan suwai randak
arti ;
Radin Jambat kuasa, turun di Tanjung Jambi
waktu dijaman dulu, sebelum tahun masehi
bijing empat berhadapan, pusiban tujuh tanjakan
dilengkapi tetabuhan, gamolan sembilan susunan
2. Dikutip dari naskah kias salaman salah satu karya sastra lisan Lampung Pubian, Raswan, 1997
Novellia Yulistin Sanggem Ketua Gamolan Institute Lampung 238Fe303/085368681001 |
riwayat gamolan sakti, mukjizat jaman puyang
ya lagi kepakha wali, sehaluan di Malaka tahun 1476 M
arti ;
lain lagi waktu itu, ceritanya ga tanggung-tanggung
riwayat gamolan sakti, mukjizat zaman nenek moyang
para tetua zaman wali, dikembangkan di Malaka tahun 1476 M
3. Syair Sagata dari masyarakat Tanggamus, Ridhwan Hawari, 2013
nak ninak-ninak ningkung, gamolan haji ripin,
ngakuk anakni gedung, kebayanni mad amin
arti ;
nak ninak-ninak ningkung, gamolan haji ripin
mengambil anak raja, permaisurinya mad amin
Nara Sumber :
Hasyimkan, S.Sn, MM