TABIK PUN...
Mata kadang salah melihat
Mulut kadang salah mengucap
Hati kadang salah menduga
Andaikan tangan tak kuasa menjabat
Setidaknya kata masih dapat terungkap
Sebelum takbir berkumandang
Sebelum ajal menjemput
Sebelum jaringan over load
Izinkan kami segenap keluarga
Gamolan Institute Lampung
mengucapkan....
Selamat hari raya Idul Fitri 1 Syawal 1437H
Taqaballahu minna wa minkum ja'alaanallahu wa iyyaakum minal'aaidiina walfaa iziina kulla'aamin wa aantum bi khayrin
"GAMOLAN INSTITUTE LAMPUNG"
Hasyimkan (Penasehat)
Novellia Yulistin Sanggem (Ketua)
Ariansyah Setiawan (Sekretaris)
Senin, 04 Juli 2016
Jumat, 27 Mei 2016
Karnaval dan Festival Gamolan
Undangan Terbuka ...
Festival Kampung Wisata
Karnaval Gamolan dan Festival Gamolan Progresif
Tabik Pun.. !!
Karnaval Gamolan memperebutkan juara TERBANYAK membawa Gamolan, dan juara TERUNIK. Sedangkan Festival Gamolan Progresif memperebutkan juara TERKREATIF dan Piala Bergilir Duta Gamolan Fajar RM.
Mak Ganta Kapan Lagi Mak Gham Sapa Lagi.
Novellia Yulistin Sanggem
Ketua Gamolan Institute Lampung
Festival Kampung Wisata
Karnaval Gamolan dan Festival Gamolan Progresif
Tabik Pun.. !!
Hadiri, Saksikan dan ramaikan Tiyuh Segalamider sebagai tempat Kampung Wisata di Bandar Lampung.
28 Mei 2016 Sekolah DCC Global School dan Gamolan Institute Lampung menggelar sebuah Karnaval Gamolan dan Festival Gamolan Progresif dalam ajang Festival Kampung Wisata Tiyuh Segalamider. Acara yang diikuti ratusan orang dalam menggalakkan Gamolan sebagai wujud cita-cita menuju Unesco ini akan dibuka oleh Kapolda Lampung Drs. H. Ike Edwin, S.H., M.H., M.M.
Pembukaan Karnaval akan dimulai pukul 07.00 Wib s/d selesai. selanjutnya akan diteruskan Festival Gamolan Progresif yang diikuti dari beberapa perwakilan sekolah dan group umum. Festival Gamolan Progresif ini akan membawakan lagu wajib "Gamolan Lampung" karya Hasyimkan. S.Sn., M.A. dan lagu pilihan bebas.
Karnaval Gamolan memperebutkan juara TERBANYAK membawa Gamolan, dan juara TERUNIK. Sedangkan Festival Gamolan Progresif memperebutkan juara TERKREATIF dan Piala Bergilir Duta Gamolan Fajar RM.
Ayo bersama Galakkan dan kampanyekan "Gamolan Go To Unesco", satu hal mungkin tidak akan mengalami perubahan besar, tetapi dari hal terkecil yang kita lakukan akan mampu menjadikan perubahan yang besar.
Mak Ganta Kapan Lagi Mak Gham Sapa Lagi.
Novellia Yulistin Sanggem
Ketua Gamolan Institute Lampung
Kamis, 28 April 2016
Gamolan Go To Unesco
Sertifikat Gamolan |
Budaya sangatlah penting untuk kita jaga dan lestarikan karena budaya merupakan jati diri bangsa dan warisan dari leluhur kita yang sangat tak ternilai harganya. Aneka ragam budaya wajib dilestarikan agar tidak punah akan zaman dan jangan sampai di claim kembali oleh negara luar, seperti tari pendet, masakan padang dan reog ponorogo.
Ada 13 warisan dunia dari Indonesia yang telah mendapatkan pengakuan dunia Unesco (United Nations educational Scientific and Cultural Organization) yang merupakan organisasi bidang pendidikan dan kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), antara lain ;
- Warisan alam : Taman Nasional Ujung Kulon, Banten (1991). Taman Nasional Komodo, NTT (1991). Taman Nasional Lorentz, Papua (1999). Hutan Tropis Sumatera (Taman Nasional Gunung Leuser, Kerinci Seblat dan Bukit Barisan (2004).
- Warisan Cagar Alam : Candi Borobudur (1991), Candi Prambanan (1991), Situs Manusia Purba Sangiran (2004).
- Warisan Budaya Tak Benda : Wayang Kulit (7 November 2003), Keris (25 November 2005), Batik (Oktober 2009), Angklung (16 November 2010), Subak (2012), Tari Saman (2011).
Festival Melinting (Link) |
Rakerda Pramuka Lampung 2016 (Link) |
Ulang Tahun Way Kanan ke 17 (Link) |
Marilah kita bangun kembali "Piil" positif kita dengan menggemakan warisan budaya kita satu persatu hingga Lampung menggelegar dan menjadi sorotan dunia yang mempunyai budaya yang kaya dan beragam.
Gamolan Insitute mengajak semua untuk memulainya melalui "Gamolan".
Dukungan baik dari segi spirit, moril dan sebagainya, begitu pula dengan redaksional dari kata "Gamolan" jangan sampai bunyi menjadi berbeda-beda sehingga menjadi hambatan. Seperti contoh kata ketapel dan betetan. tidak ada yang salah antara kedua kata tersebut ketika kita merujuk ke bendanya. tetapi mari kita sama-sama menggunakan kata yang sebenarnya.
SD Global Surya School |
Kelompok KKN XIII A UNSAB di Desa Kunyaian Kecamatan Marga Punduh Kabupaten Pesawaran (Link1, Link2) |
memang satu hal mungkin tidak akan mengalami perubahan besar, tetapi dari hal terkecil yang kita lakukan akan mampu menjadikan perubahan yang besar.
#Gamolan GO To Unesco
Ketua Gamolan Institute Lampung
Novellia Yulistin Sanggem
238fe303/085368681001
Senin, 18 April 2016
Tari Melinting dan Gamolan di Pugung Raharjo
Lampung Timur
Minggu, 17 April 2016 yang lalu Gamolan Institute Lampung beserta rombongan juri (Hasyimkan, Dian Anggraeni dan Indra Bulan) menghadiri Festival Melinting VI yang digelar di Taman Purbakala Pugung Raharjo. Acara tersebut yang dihadiri oleh Bupati Lampung Timur Hj. Chusnunia Chalim, M.Si., M.Kn., Ratu Melinting Sultan Ratu Idil Muhammad Tihang Igama IV, Putri Indonesia Felicia Hwang dimeriahkan oleh berbagai pertunjukkan dan perlombaan kreasi tari melinting dari kurang lebih 24 peserta lomba.
Festival Melinting VI ini adalah sebuah agenda pelestarian warisan budaya sebagai bentuk pembangunan di sektor pariwisata yang ada di wilayah Kabupaten Lampung Timur Provinsi Lampung.
Pada pembukaan terdapat 2 penyerahan simbolik salinan sertifikat warisan budaya tak benda yang telah ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan kepada Bupati lampung Timurm Ratu Melinting, Putri Indonesia dan Kepala Taman Purbakala Pugung Raharjo.
Penyerah 2 sertifikat Warisan Budaya Tak Benda Indonesia itu adalah :
Minggu, 17 April 2016 yang lalu Gamolan Institute Lampung beserta rombongan juri (Hasyimkan, Dian Anggraeni dan Indra Bulan) menghadiri Festival Melinting VI yang digelar di Taman Purbakala Pugung Raharjo. Acara tersebut yang dihadiri oleh Bupati Lampung Timur Hj. Chusnunia Chalim, M.Si., M.Kn., Ratu Melinting Sultan Ratu Idil Muhammad Tihang Igama IV, Putri Indonesia Felicia Hwang dimeriahkan oleh berbagai pertunjukkan dan perlombaan kreasi tari melinting dari kurang lebih 24 peserta lomba.
Festival Melinting VI ini adalah sebuah agenda pelestarian warisan budaya sebagai bentuk pembangunan di sektor pariwisata yang ada di wilayah Kabupaten Lampung Timur Provinsi Lampung.
Pada pembukaan terdapat 2 penyerahan simbolik salinan sertifikat warisan budaya tak benda yang telah ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan kepada Bupati lampung Timurm Ratu Melinting, Putri Indonesia dan Kepala Taman Purbakala Pugung Raharjo.
Penyerah 2 sertifikat Warisan Budaya Tak Benda Indonesia itu adalah :
- Salinan sertifikat "Tari Melinting" ditetapkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada tgl 17 Oktober 2014 dengan no registrasi : 153988 E / MPK.A / DO / 2014, diserahkan oleh Dinas Pariwisata Provinsi Lampung diwakili oleh Kabid Ekonomi Kreatif Marlina, SH,MM
- Salinan Sertifikat "Gamolan", Gamolan ditetapkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada tgl 17 Oktober 2016 dg no registrasi : 153988 A / MPK.A / DO / 2014, alat musik Gamolan dan pin Gamolan oleh Ketua Gamolan Institute Lampung Novellia Yulistin Sanggem, S.Kom didampingi Duta Gamolan Fajar Ramadhan
Karena untuk sampai menuju cita-cita mulia menjadikan warisan budaya Lampung tercatat di UNESCO harus ada peran serta baik dari pemangku kebijakan, pemangku adat, duta Lampung/Indonesia, stake holder wisata dan budaya serta seluruh masyarakat Lampung.
Tujuan penyerahan simbolik ini adalah mandat untuk turut bertanggung jawab melindungi, melestarikan dan mengembangkan warisan-warisan budaya Lampung khususnya tari melinting dan gamolan, serta kedepannya untuk dapat gamolan dan tari melinting dapat berkolaborasi dan menjadi sebuah seni kreasi pertunjukkan. Upaya ini adalah salah satu misi membawa warisan budaya Lampung yang telah ditetapkan nasional untuk dapat ditetapkan didunia (UNESCO),
Novellia Yulistin Sanggem
Ketua Gamolan Institute Lampung
238fe303/085368681001
berita terkait :
Sabtu, 09 April 2016
Pelatihan Gamolan
Tabik Pun...
Gamolan Institute Lampung divisi Penelitian dan Pengembangan mengadakan sebuah program pelatihan gamolan dan diperuntukkan untuk siapa saja yang ingin tau dan mau tau tentang alat musik tradisional Lampung yaitu "Gamolan". Pelatihan ini bukan hanya mengajarkan tentang bagaimana dapat memainkan Gamolan, tetapi juga diberikan ilmu pengetahuan tentang sejarahnya. Output dari pelatihan ini adalah sebuah Home Konser Gamolan. Pelatihan Gamolan terbuka umum dan pendaftaran tidak dipungut biaya (GRATIS)
Pelatihan akan dilasanakan setiap seminggu sekali pada :
Hari : Rabu
Pukul : 16.00 Wib s/d 17.30 Wib
Tempat : Sekretariatan Gamolan Institute Lampung
Jl ZA Pagar Alam Gg Semangka Gedung Meneng Bandar Lampung
(Depan KNPI Provinsi Lampung)
Informasi Pendaftaran ;
Contact Person
Hasyimkan (081369023721)
Hasyimkan (081369023721)
Novellia Yulistin Sanggem (085368681001)
Ariansyah Setiawan (082179929133)
Yuk Lestarikan Alat Musik Tradisional Lampung "GAMOLAN"
"Mak Gham Sapa Lagi, Mak Ganta Kapan Lagi"
Yudhi Purwanto (Bayong)
Kord Divisi litbang Gamolan Institute Lampung
Selasa, 05 April 2016
Gambus Lampung
Gambus
adalah instrumen musik yang berasal dari jazirah Arab. Berbagai
bukti historis menunjukan bahwa
instrumen ini telah digunakan oleh bangsa Arab sejak era jahiliyah (Pacholczky,
1983:253).
Persebaran Islam bersamaan dengan aktifitas
perdagangan telah membawa alat
musik ini tersebar ke berbagai wilayah
di Timur-Tengah, Eropa, Afrika, Asia (Sachs,1940:251). Kendati berasal dari budaya musik bangsa Arab,
ternyata istilah oūd sendiri tidak digunakan secara merata. Kita akan
menemukan beberapa istilah lain untuk menyebut instrumen ini, seperti antara
lain: lute (negara-negara Eropa Barat) ; kaban (Somalia) ; barbat (Persia) ; ούτ/
outi (Yunani)
; ‘Ud/ ‘Ut (Turki) dan gambus (Malaysia dan
Indonesia).
Penyebaran
Budaya Musik Timur-tengah di Nusantara
'Oud/ut/gambus Koleksi pribadi Edy Pulampas |
Masuknya
budaya musik Timur-tengah di Nusantara tidak dapat dilepaskan dari upaya penyebaran
ajaran agama Islam dan aktifitas politik- ekonomi pada masa itu. Intensitas
hubungan antara para pribumi di Sumatra khususnya, dan Nusantara pada umumnya,
dengan para pedagang dari latar belakang budaya Islam memungkinkan
terbentuknya sebuah pola hidup yang
‘baru’. Baik itu yang bersifat
akulturatif maupun enkulturatif. Hubungan dan keakraban
sedemikian sedikitnya menghasilkan dampak yang dapat dilihat secara nyata, seperti antara lain: 1)
Sistem pewarnaan dalam batik yang ada di Jawa, 2) sastra lisan dalam bentuk
puisi seperti masnawi, ruba’i , ghazal dan sebagainya, sehingga masyarakat melayu gemar berpantun,
3) diperkenalkannya huruf Arab yang berkembang menjadi Arab-Melayu, 4)
penggunaan instrumen musik yang berasal dari Timur Tengah (Parto, 2003:23).
Parto membagi secara periodik mengenai
masuknya pengaruh budaya Islam ke dalam tradisi musik di Nusantara, yaitu: pre Suez canal abad ke-13 di Sumatra dan
abad ke-15 di Jawa) dan post Suez canal abad ke-19. Secara
garis besar, pembabakan ini dapat dilihat secara
preposesi dari
penggunaan instrumen
musiknya. Pada
periode pre
Suez canal,
musik
berorientasi pada ajaran Islam sufisme yang disebarkan oleh para kaum Sufi yang
berasal dari Persia, Turki dan India sekitar abad ke-13. Ajaran Islam ini. Musik
dalam arti luas ;
yang berorientasi pada agama Islam pada periode ini ditunjukan
dengan keberadaan jenis nyanyian yang disebut dengan zikr. Dalam bahasa lokal meliputi Jawa
dan Sumatra disebut dengan dzikir, yaitu: repetisi nama suci Allah,
pujian-pujian ataupun do’a yang
diucapkan secara ritmikal, contohnya: “Allahu,
la ilaha ilallah”. Termasuk di dalamnya pula instrumen musik seperti rebab,
bambus, daff atau rebana, nay (serunai) atau suling dan naqqaroh
atau ketipung (Parto, 1995:54). Sementara pada periode post Suez canal, yang
berkembang adalah kesenian yang berorientasi pada ajaran Islam Arab. Kasidah barzanji, dalang jemblung dan seni pertunjukan lainnya yang tidak lagi
didominisi oleh instrumen gamelan (budaya musik Hindu/Budha) atau musik yang
bersifat akulturatif (Parto 1995:57).
qanbus (yaman), gabusi (comoros), gabus (oman dan arab), Kibangala (Pesisir Swahili), gambus (Indonesia dan Malaysia) www.atlasofpluckedinstruments.com/lutes/Middle-East.htm |
Gambus
Sebagai Musik Tradisi Lampung
Sebagai
sebuah genre musik, beberapa ahli berpendapat bahwa penggunaan istilah
gambus berhubungan erat dengan
popularitas sebuah genre musik berirama padang pasir yang populer
sekitar tahun 1940-an, dengan tokoh-tokoh seperti Syech Albar, SM Alaydrus, Hasan Alaydrus,
Muchtar Lutfie, Sajid Efendi, A Khalik. Selain
nama-nama tersebut terdapat pula beberapa penyanyi bersuara emas seperti Hasnah Tahar, Kampret, Syaugi dan Fauzi
yang seringkali mengumandangkan lagu-lagu irama padang pasir melalui corong RRI Studio
Jakarta. Orkes gambus semacam ini umumnya terdiri dari beberapa instrumen
seperti gambus Arab, Marwas, biola, akordion, rebana dan beberapa instrumen
lain yang digunakan mengiringi vokal maupun tarian. Umumnya nyanyian musik
orkes gambus ini memainkan bentuk nyanyian ghazal yang berupa pantun bersaut
dengan -tema religius maupun tema percintaan (Musmal,
2003: 2).
gambus bernuk atau gambus bagan Koleksi pribadi Ansyori |
Dalam konteks ini, gambus
Lampung memiliki sorak tersendiri dibandingkan dengan musik gambus yang
tersebar di wilayah lain di Nusantara. Jika musik gambus di tempat lain disajikan
dalam berbentuk orkes dan digunakan sebagai musik tari - sebagaimana dijelaskan
di atas – musik gambus yang berkembang di Lampung Pesisir justru berbentuk
tunggal. Gambus di sini dimainkan untuk mengiringi nyanyian, tanpa kehadiran
instrumen musik lainnya.
Selain
itu, secara musikal, (Pola irama, pola melodi, ornamentik, kadens) gambus
Lampung Pesisir juga memiliki corak tersendiri dibandingkan permainan gambus
lainnya di Nusantara dan yang ada di Timur-tengah (Irawan, 2008: 109). Oleh
sebab itu dapat dikatakan bahwa ; meski gambus merupakan instrumen musik yang
datang dari luar Lampung, namun musik yang dimainkan adalah miliki masyarakat
Lampung itu sendiri.
Corpus Gambus Lampung
Masyarakat
Lampung, khususnya Pesisir memiliki 3 macam gambus. Pertama, gambus balak
(besar), gambus Arab, atau disebut juga gambus albar (Arab: besar). Penambahan kata balak yang berarti ‘besar’. Kedua,
gambus lunik (kecil) yang ukurannya
lebih kecil jika dibanding dengan jenis gambus Arab.
Di ranah Melayu gambus lunik ini
dikenal dengan sebutan gambus
zapin
atau gambus Melayu.
Ketiga, gambus bernuk atau gambus bagan yang saat ini relatif sulit ditemukan
keberadaanya. Gambus ini terbuat dari buah bernuk atau buah maja, dan sering
dimainkan oleh orang-orang bagan yang beraktifitas di laut.
Narasumber :
Penasehat Gamolan Institute Lampung
Ricky Irawan, S.Sn
Rabu, 30 Maret 2016
Festival Kampung Wisata Segalamider
Tabik Pun..
DCC Global School dan Gamolan Institute Lampung kembali menggelar sebuah kegiatan di Kampung Wisata Tiyuh Segalamider. (19-29 Mei 2016)
Adapun kegiatan ini akan dimeriahkan dengan :
- Pentas Akhir Tahun Siswa/i DCC Global
- Karnaval dan Festival Gamolan Progresif
- Lomba Mewarnai Siswa/i PG/TK (Free)
- Bazar Buah, Bunga, Bibit, Makanan, dll
Karnaval dan Festival Gamolan Progresif akan dilaksanakan pada :
Tanggal 28 Mei 2016, Pukul 08.00 Wib s/d selesai
Tempat Sekolah DCC Global School
(Jl. Pagar Alam (PU) Mata Intan No 41 Segalamider, Tanjung Karang Barat Bandar Lampung)
Pendaftaran : 1 April - 13 Mei 2016
Spesifikasi
1. Karnaval (pendaftaran Rp. 25.000)
Putra (08976009847)
Ariansyah Setiawan (082179929133)
Ketua Panitia ; Henny Lestari, S.Pd
Sekretaris Panitia ; Ariansyah Setiawan
DCC Global School dan Gamolan Institute Lampung kembali menggelar sebuah kegiatan di Kampung Wisata Tiyuh Segalamider. (19-29 Mei 2016)
Adapun kegiatan ini akan dimeriahkan dengan :
- Pentas Akhir Tahun Siswa/i DCC Global
- Karnaval dan Festival Gamolan Progresif
- Lomba Mewarnai Siswa/i PG/TK (Free)
- Bazar Buah, Bunga, Bibit, Makanan, dll
Karnaval dan Festival Gamolan Progresif akan dilaksanakan pada :
Tanggal 28 Mei 2016, Pukul 08.00 Wib s/d selesai
Tempat Sekolah DCC Global School
(Jl. Pagar Alam (PU) Mata Intan No 41 Segalamider, Tanjung Karang Barat Bandar Lampung)
Pendaftaran : 1 April - 13 Mei 2016
Spesifikasi
1. Karnaval (pendaftaran Rp. 25.000)
- Kategori Lomba (Umum)
- Kriteria Penilaian ( Terunik dan Terbanyak)
- Hadiah (Juara 1-3 ; Trophy + Piagam Penghargaan + Uang Tunai)
2. Festival Gamolan Progresif (pendaftaran Rp. 25.000)
- Kategori Lomba (Umum)
- Lagu Wajib
( Gamolan Lampung/Cipt. Hasyimkan, S.Sn., MA)
- Lagu Pilihan (Bebas)
- Kriteria Penilaian ( Terkreatif)
- Hadiah (Juara 1-3 ; Trophy + Piagam Penghargaan + Uang Tunai)
Putra (08976009847)
Ariansyah Setiawan (082179929133)
Ketua Panitia ; Henny Lestari, S.Pd
Sekretaris Panitia ; Ariansyah Setiawan
Sabtu, 13 Februari 2016
Evaluasi Konser Gamolan Lampung
Kosakata FKIP Bahasa dan Sastra UNILA |
MIN 1 Bandar Lampung |
Tetapi ada sebuah PR yang bisa kami ambil dari kegiatan ini, yaitu bagaimana meningkatkan keperdulian kita semua sebagai ulun lampung untuk menjaga kearifan lokal yang ada di Lampung. terutama masyarakat Lampung dalam hasrat mereka menyaksikan budaya lokal mereka sendiri.
Terima kasih kami ucapkan atas suport, bantuan, dan kehadiran kepada :
- Bapak Dr. H. Andi Surya, Anggota DPD RI
- Ibu Ir. Choiria Pandarita, M.M, Kadis Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Lampung
- Bapak Indra, Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Lampung
- Bapak Syaiful Darmawan, Kadispenda Provinsi Lampung
- Bapak Yus Amri, Kadis Pariwisata Kota Bandar Lampung
- Bapak H. Ismet Roni, Wakil Ketua DPRD Provinsi Lampung
- Bapak Ketut Erawan. Komisi IV DPRD Provinsi Lampung
- Bapak M Hari Jayaningrat, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Lampung
- Bapak Chrisna PJ Walikota Metro
- Kepala Balitbangnov Provinsi Lampung
- Kepala Sekolah MIN1 Bandar Lampung
- Kepala Sekolah SMA 10 Bandar Lampung
- Bapak Wahyu Lesmono, Ketua DPD Pan Bandar Lampung
- Bapak Bambang SBY, Ketua HPI Lampung
- Bapak Hamrizal, Direktur BPR Adji Caka
- Bapak Andi Ananda, Direktur LJU Lampung
- Bang Entus dkk (alumni ISI Jogja)
- Bang DON PECCI dan Krue
- Bang Isbedy Stiawan ZS
- Mba Katharina Pringgo Pranoto
- Bang DOLOP
- Bang Aji Antara
- Bang Emir F Saputra
- Mba Anggun Saibumi
- Mba Ayu Yuni Antika Teknokra
- Semua Kawan-Kawan Media
- Bank Lampung
- Class Mild
- Dll
Forum Pariwisata dan Budaya Lampung
Ketua Panitia Konser Gamolan Lampung 2016
Ketua Panitia Konser Gamolan Lampung 2016
Novellia Yulistin Sanggem
238FE303/085368681001
Senin, 25 Januari 2016
Gamolan Lampung Jejak Peradaban Pra Sejarah
Sertifikat Menteri Pendidikan Kebudayaan Republik Indonesia
"GAMOLAN"
Instrumen Musik Tradisional Lampung
Jejak Peradaban Pra Sejarah Nusantara
|
Gamolan adalah sebuah instrumen musik Lampung yang merupakan warisan budaya dunia. Dimulai dari perkembangan peradaban awal manusia hingga sekarang ini. gamolan mendapat pengaruh mulai pase Pra-sejarah, zaman klasik hingga zaman modern. Kebudayaan oral, batu, kayu hingga bambu, dan kepercayaan Animisme, Dinamisme, Hindu-Buddha, Islam dan Melayu. Bangsa India, China, Arab dan Eropa. Dari sekian pengaruh tersebut terbentuklah gamolan sebagai instrumen musik tradisional Lampung.
Keberadaan Gamolan diperkirakan telah ada ratusan tahun yang lalu. Setidaknya sampai tahun 1983 ketika Prof. Margaret J Kartomi mengadakan penelitian mengenai instrumen tersebut, ia hanya mencantumkan istilah gamolan untuk menyebutkan instrumen ini.
Berangkat dari teori H. Steward :
“ Bahwa yang relatif sederhana menyatakan lebih dahulu daripada yang relatif lebih rumit”.
Kemudian teori dari Margaret J Kartomi; yang mengatakan bahwa :
“Interestingly enough, the term gamelan, which usually refers to a complete orchestra, may originally have referred to a single instrument in Java too”.
Artinya :
“yang cukup menarik, istilah Gamelan sekarang ini di adalah merujuk kepada seperangkat alat musik, mungkin juga pada awalnya merunjuk ke nama sebuah alat musik tunggal pada zaman dahulu, termasuk di Jawa.
Gamolan berasal dari kata Begamol, Begamol sama dengan Begumul, kemudian Lampung menyebut Gumulan kemudian menjadi Gamolan hingga saat ini. Begumul asal katanya Gumulan dalam bahasa Melayu yang berarti berkumpul. Orang
Sketsa gamolan berbilah 7 tanpa nada 4 |
Pada awal peradaban pra sejarah,
diperkirakan masyarakat Lampung menggunakan gamolan sebagai alat komunikasi
tradisional. Alat yang digunakan pertamakali untuk komunikasi terutama untuk
berkumpul adalah menggunakan alat berupa vokal, setelah itu kemudian mereka
menggunakan alat apa saja berupa batu, kayu ataupun bambu satu buah.
Kayu atau bambu yang satu buah disebut kentongan dalam bahasa
Lampungnya Kelekup, baru setelah itu kentongan yang
satu buah ditambah dengan kentongan yang lainnya sehingga menjadi banyak. Namun
setelah itu kentongan ditambahkan bilah-bilah diatasnya. (Bilah atau lempengan
di atas gamolan disebut mata
dan kelekup atau kentongan yang sudah diberi lempengan disebut lambakan dalam bahasa Lampung).
Murhadi dari Kenali Lampung Barat
sedang memainkan Gamolan
|
Kentongan
sebagai alat komunikasi yang berlangsung pada zaman pra-sejarah, maka baru
sekitar abad ke 4 masehi kentongan diberi lempengan yang mempunyai nada, bersamaan kedatangan agamawan Budha ke bumi
Sekala Brak dengan membawa tangganada 12356 sebagai nada inti dan nada 7
sebagai nada tambahan, tangganada pentaton China tersebut telah ada sekitar
pada abad 8 SM. (Fu Chunjiang. Origins of Chinese Music. 2009)
Gamolan yang dibuat sekitar pada abad ke-4
Masehi dan mengalami puncak perkembangannya pada abad ke-5 Masehi. Sebab pada
abad ke-5 M di Lampung telah ada kerajaan Kendali bercorak China dan beragama
Budha yang ketika itu juga sedang mengalami puncak kejayaannya (W. P
Groenevelt, Paul Michel Munos, Richard Dick-Read), juga kerajaan Sekala Brak
Kuno yang bercorak India beragama Hindu. Diberitakan bahwa xylophone malah dieksport dari Asia
Tenggara ke Afrika pada abad ke-5 M. (Karl Edmund Prier sj, Sejarah Musik, 2008).
Disamping itu juga jika
relief instrumen musik di candi
Borobudur pada abad ke-8 M terpahat dibatu maka instrumen musik yang terbuat
dari kayu atau bambu telah ada pada abad sebelumnya. (Bram Palgunadi, Serat Kanda Karawitan Jawa, 2002).
Relief Gamolan di Candi Borobudur Abad ke-8 M |
Bukti
tersebut mengisyaratkan bahwa Candi
Borobudur tak bisa dilepaskan dari campur tangan orang Lampung, masyarakat
Lampung turut membangun candi Borobudur
yang merupakan keajaiban Dunia. Karena hal itu bisa terjadi gamolan secara antropologi (kebudayaan)
ada di Lampung, akan tetapi secara arkeologi Gamolan terpahat di Candi Borobudur pada abad ke 8 Masehi.
Gamolan
adalah instrumen musik yang hampir semua bahan
bakunya terbuat dari bambu, kecuali tali
untuk mengikatkan bilah bambu ke lambakan, pada awalnya terbuat dari rotan, namun saat
ini terbuat dari nilon. Instrumen ini
hanya satu buah, bukan sekelompok instrumen atau kelompok ensambel yang terdiri
dari beberapa instrumen. Namun dalam perkembangan berikutnya ditambah dengan
instrumen musik yang lain sebagai musik pengiring.
Gamolan
tersebar di daerah Lampung Barat terutama di wilayah Sekala Brak, di antaranya: Kenali (Buay Belunguh), Batu Brak (Buay Pernong), Kembahang (Buay
Bejalan Di Way), hanya di Sukau (Buay Nyerupa) tidak banyak terdapat persebaran
instrumen gamolan.
Pertunjukan gamolan tidak menuntut waktu dan tempat
khusus untuk dimainkan, karena instrumen musik ini berasal dari ranah hiburan
pribadi. Pertunjukan instrumen musik ini
dimainkan secara tunggal, namun bisa juga berbentuk ansambel, instrumentalia, vokal, maupun musik pengiring
tari seperti dalam acara pernikahan, sunatan dan lain-lain.
Pada zaman dahulu, lagu atau tabuhan instrumen tersebut merupakan cerminan dari masyarakat pendukungnya yang dihadirkan melalui kegiatan berkesenian. Masing-masing daerah biasanya memiliki ciri dan kekhasan antara satu daerah dengan daerah lainnya; sebagai contoh tabuh sekeli adalah lagu dari masyarakat Belalau, tabuh sambai agung dan tabuh Jarang adalah lagu dari masyarakat Batu Brak dan tabuh alau-alau adalah lagu dari masyarakat Kembahang.
Ciri khas
melodi atau nada yang terdapat dalam
instrumen gamolan
menggambarkan suatu suasana kesederhanaan, keluguan, kemurnian melodi dan
juga melodi yang kuat. Juga sesuatu yang
menjadi ciri khas gamolan lainnya adalah instrumen tersebut mempunyai suara yang
lembut, sahdu dan juga suara yang keras.
Ketika
ada perayaan upacara pernikahan misalnya, maka
seluruh prosesi tersebut akan dihibur oleh bunyi-bunyian tak terkecuali gamolan. Acara muda-mudi yang dilakukan pada siang dan malam hari
salah satunya acara nyambai, dalam acara tersebut disertai dengan
memainkan instrumen gamolan.
Mitologi
Gamolan
Pada
zaman dahulu, proses pembuatan, pemilihan bambu dan lain-lain, sangat
tergantung kepada kepercayaan masyarakat pada saat itu. Untuk memperoleh hasil
gamolan yang baik dengan cara bambu direndam di dalam air sekitar satu tahun,
perendaman bambu mencari daerah lubuk yang paling dalam. Kemudian setelah satu
tahun, satu orang masuk ke dalam air dan yang satunya di atas air, pembuat
gamolan yang di dalam air kemudian memukul bambu yang direndam tersebut hingga
terdengar sama orang yang di atas air. Jika bambu yang dipukul tidak terdengar
maka belum bisa dilakukan pembuatan bambu untuk gamolan.
Proses
Pembuatan Gamolan
Prof Margaret J Kartomi dan Has |
- Bambu yang telah ditebang, lalu dipotong sesuai dengan ukuran. Satu batang bambu bisa dibuat seluruh bagian gamolan. Lalu yang paling dipilih bagian lambakan dulu karena hanya ukuran ruas bambu yang panjangnya minimal 50 cm yang bisa diambil. Kemudian bagian mata di potong sesuai dengan ukuran mata yang paling pendek sampai yang paling panjang.
- Bambu yang telah berbentuk lambakan dan mata direndam dalam air yang telah diberi pestisida minimal 3 hari, makin lama makin baik.
- Setelah direndam dalam air lalu dikeringkan dengan cara posisi Lambakan diletakkan secara vertical pada tempat yang tidak terkena sinar matahari langsung. Sementara mata bisa dijemur yang langsung terkena sinar matahari sampai kering betul. kemudian baru bisa dibuat gamolan setelah minimal 6 bulan.
- Lambakan dan mata dirapikan dan dihaluskan. Merapikan bagian yang kasar menggunakan pisau, sementara penghalusan menggunakan amplas.
- Setelah rapi dan halus maka lambakan dan mata di dipernis dan dipelitur.
- Diadakan penyeteman mata gamolan.
- Proses yang terakhir yaitu merangkai mata ke atas lambakan baru kemudian menjadi gamolan.
Ada beberapa contoh syair mengenai gamolan yang terdapat pada warahan (cerita) di masyarakat Lampung.
1. Hilman Hadikusuma, Iwan Nurdaya Djafar
Warahan Raden Jambat. DKL. Grafikatama Jaya. 1995, 31
Radin Jambat kuasa, turun di Tanjung Jambi
waktu dijaman paija, makkung tahun masehi
bijing pak salimbangan, pusiban pitu tanjak
ditunggu tetabuhan, gamolan suwai randak
arti ;
Radin Jambat kuasa, turun di Tanjung Jambi
waktu dijaman dulu, sebelum tahun masehi
bijing empat berhadapan, pusiban tujuh tanjakan
dilengkapi tetabuhan, gamolan sembilan susunan
2. Dikutip dari naskah kias salaman salah satu karya sastra lisan Lampung Pubian, Raswan, 1997
Novellia Yulistin Sanggem Ketua Gamolan Institute Lampung 238Fe303/085368681001 |
riwayat gamolan sakti, mukjizat jaman puyang
ya lagi kepakha wali, sehaluan di Malaka tahun 1476 M
arti ;
lain lagi waktu itu, ceritanya ga tanggung-tanggung
riwayat gamolan sakti, mukjizat zaman nenek moyang
para tetua zaman wali, dikembangkan di Malaka tahun 1476 M
3. Syair Sagata dari masyarakat Tanggamus, Ridhwan Hawari, 2013
nak ninak-ninak ningkung, gamolan haji ripin,
ngakuk anakni gedung, kebayanni mad amin
arti ;
nak ninak-ninak ningkung, gamolan haji ripin
mengambil anak raja, permaisurinya mad amin
Nara Sumber :
Hasyimkan, S.Sn, MM
Langganan:
Postingan (Atom)