Senin, 04 Juli 2016

Selamat Hari Raya 1437H

TABIK PUN...

Mata kadang salah melihat
Mulut kadang salah mengucap
Hati kadang salah menduga
Andaikan tangan tak kuasa menjabat
Setidaknya kata masih dapat terungkap


Sebelum takbir berkumandang
Sebelum ajal menjemput
Sebelum jaringan over load

Izinkan kami segenap keluarga
Gamolan Institute Lampung
mengucapkan....


Selamat hari raya Idul Fitri 1 Syawal 1437H
Taqaballahu minna wa minkum ja'alaanallahu wa iyyaakum minal'aaidiina walfaa iziina kulla'aamin wa aantum bi khayrin

"GAMOLAN INSTITUTE LAMPUNG"
Hasyimkan (Penasehat)
Novellia Yulistin Sanggem (Ketua)
Ariansyah Setiawan (Sekretaris)

Jumat, 27 Mei 2016

Karnaval dan Festival Gamolan

Undangan Terbuka ...

Festival Kampung Wisata
Karnaval Gamolan dan Festival Gamolan Progresif

Tabik Pun.. !!
Hadiri, Saksikan dan ramaikan Tiyuh Segalamider sebagai tempat Kampung Wisata di Bandar Lampung.
28 Mei 2016 Sekolah DCC Global School dan Gamolan Institute Lampung menggelar sebuah Karnaval Gamolan dan Festival Gamolan Progresif dalam ajang Festival Kampung Wisata Tiyuh Segalamider. Acara yang diikuti ratusan orang dalam menggalakkan Gamolan sebagai wujud cita-cita menuju Unesco ini akan dibuka oleh Kapolda Lampung Drs. H. Ike Edwin, S.H., M.H., M.M.

Pembukaan Karnaval akan dimulai pukul 07.00 Wib s/d selesai. selanjutnya akan diteruskan Festival Gamolan Progresif yang diikuti dari beberapa perwakilan sekolah dan group umum. Festival Gamolan Progresif ini akan membawakan lagu wajib "Gamolan Lampung" karya Hasyimkan. S.Sn., M.A. dan lagu pilihan bebas.

Karnaval Gamolan memperebutkan juara TERBANYAK membawa Gamolan, dan juara TERUNIK. Sedangkan Festival Gamolan Progresif memperebutkan juara TERKREATIF dan Piala Bergilir Duta Gamolan Fajar RM.

Ayo bersama Galakkan dan kampanyekan "Gamolan Go To Unesco", satu hal mungkin tidak akan mengalami perubahan besar, tetapi dari hal terkecil yang kita lakukan akan mampu menjadikan perubahan yang besar.

Mak Ganta Kapan Lagi Mak Gham Sapa Lagi.

Novellia Yulistin Sanggem
Ketua Gamolan Institute Lampung

Kamis, 28 April 2016

Gamolan Go To Unesco

Sertifikat Gamolan
Tabik Pun 

Budaya sangatlah penting untuk kita jaga dan lestarikan karena budaya merupakan jati diri bangsa dan warisan dari leluhur kita yang sangat tak ternilai harganya. Aneka ragam budaya wajib dilestarikan agar tidak punah akan zaman dan jangan sampai di claim kembali oleh negara luar, seperti tari pendet, masakan padang dan reog ponorogo.

Ada 13 warisan dunia dari Indonesia yang telah mendapatkan pengakuan dunia Unesco (United Nations educational Scientific and Cultural Organization) yang merupakan organisasi bidang pendidikan dan kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), antara lain ; 
  • Warisan alam : Taman Nasional Ujung Kulon, Banten (1991). Taman Nasional Komodo, NTT (1991). Taman Nasional Lorentz, Papua (1999). Hutan Tropis Sumatera (Taman Nasional Gunung Leuser, Kerinci Seblat dan Bukit Barisan (2004).
  • Warisan Cagar Alam : Candi Borobudur (1991), Candi Prambanan (1991), Situs Manusia Purba Sangiran (2004).
  • Festival Melinting (Link)
  • Warisan Budaya Tak Benda : Wayang Kulit (7 November 2003), Keris (25 November 2005), Batik (Oktober 2009), Angklung (16 November 2010), Subak (2012), Tari Saman (2011).
Rakerda Pramuka Lampung 2016 (Link)
Dari kesekian warisan dunia yang telah tercatat di Unesco, satupun tidak ada yang berasal dari Lampung, oleh karena itu  Gamolan Institute Lampung roadshow mengkampanyekan alat musik tradisional Lampung "Gamolan" yang telah ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada tanggal 17 Oktober 2014 dengan no registrasi : 153988 A / MPK.A / DO / 2014, sebagai salah satu Warisan Budaya Tak Benda Provinsi Lampung. Roadshow ini tidak hanya ditingkatan pemangku kebijakan, tapi terus menjalar hingga sampai ke pelosok desa-desa. selain agenda yang akan terus Gamolan Institute Lampung lakukan, kami sangat mengharapkan bantuan dari semua pihak untuk sama-sama mengkampanyekan, melestarikan hingga cita-cita kita bersama sebagai bangsa yang berbudaya dan kaya akan warisan budaya yang luhur dapat tercatat dan diakui dunia.
Ulang Tahun Way Kanan ke 17 (Link)

Marilah kita bangun kembali "Piil" positif kita dengan menggemakan warisan budaya kita satu persatu hingga Lampung menggelegar dan menjadi sorotan dunia yang mempunyai budaya yang kaya dan beragam. 
Gamolan Insitute mengajak semua untuk memulainya melalui "Gamolan". 

Dukungan baik dari segi spirit, moril dan sebagainya, begitu pula dengan redaksional dari kata "Gamolan" jangan sampai bunyi menjadi berbeda-beda sehingga menjadi hambatan. Seperti contoh kata ketapel dan betetan. tidak ada yang salah antara kedua kata tersebut ketika kita merujuk ke bendanya. tetapi mari kita sama-sama menggunakan kata yang sebenarnya.
SD Global Surya School
Kelompok KKN XIII A UNSAB di
Desa Kunyaian Kecamatan Marga Punduh 

Kabupaten Pesawaran
(Link1, Link2)
Karena redaksi kata berbeda-beda pula bisa menjadi generasi yang belajar dan berkembang menjadi kebingungan. Bangsa Indonesia bukan bangsa yang labil, Lampung adalah carakter bangsa yang kuat dengan prinsip dan ucapannya. maka ayo semua kita gemakan Gamolan sampai keujung dunia.


memang satu hal mungkin tidak akan mengalami perubahan besar, tetapi dari hal terkecil yang kita lakukan akan mampu menjadikan perubahan yang besar.

#Gamolan GO To Unesco
Ketua Gamolan Institute Lampung
Novellia Yulistin Sanggem
238fe303/085368681001















Senin, 18 April 2016

Tari Melinting dan Gamolan di Pugung Raharjo



Lampung Timur
Minggu, 17 April 2016 yang lalu Gamolan Institute Lampung beserta rombongan juri (Hasyimkan, Dian Anggraeni dan Indra Bulan) menghadiri Festival Melinting VI yang digelar di Taman Purbakala Pugung Raharjo. Acara tersebut yang dihadiri oleh Bupati Lampung Timur Hj. Chusnunia Chalim, M.Si., M.Kn., Ratu Melinting Sultan Ratu Idil Muhammad Tihang Igama IV, Putri Indonesia Felicia Hwang dimeriahkan oleh berbagai pertunjukkan dan perlombaan kreasi tari melinting dari kurang lebih 24 peserta lomba. 


Festival Melinting VI ini adalah sebuah agenda pelestarian warisan budaya sebagai bentuk pembangunan di sektor pariwisata yang ada di wilayah Kabupaten Lampung Timur Provinsi Lampung.

Pada pembukaan terdapat 2 penyerahan simbolik salinan sertifikat warisan budaya tak benda yang telah ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan kepada Bupati lampung Timurm Ratu Melinting, Putri Indonesia dan Kepala Taman Purbakala Pugung Raharjo. 

Penyerah 2 sertifikat Warisan Budaya Tak Benda Indonesia itu adalah :

  1. Salinan sertifikat "Tari Melinting" ditetapkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada tgl 17 Oktober 2014 dengan no registrasi : 153988 E / MPK.A / DO / 2014, diserahkan oleh Dinas Pariwisata Provinsi Lampung diwakili oleh Kabid Ekonomi Kreatif Marlina, SH,MM
  2. Salinan Sertifikat "Gamolan", Gamolan ditetapkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada tgl 17 Oktober 2016 dg no registrasi : 153988 A / MPK.A / DO / 2014, alat musik Gamolan dan pin Gamolan oleh Ketua Gamolan Institute Lampung Novellia Yulistin Sanggem, S.Kom didampingi Duta Gamolan Fajar Ramadhan

Karena untuk sampai menuju cita-cita mulia menjadikan warisan budaya Lampung tercatat di UNESCO harus ada peran serta baik dari pemangku kebijakan, pemangku adat, duta Lampung/Indonesia, stake holder wisata dan budaya serta seluruh masyarakat Lampung.


Tujuan penyerahan simbolik ini adalah mandat untuk turut bertanggung jawab melindungi, melestarikan dan mengembangkan  warisan-warisan budaya Lampung khususnya tari melinting dan gamolan, serta kedepannya untuk dapat gamolan dan tari melinting dapat berkolaborasi dan menjadi sebuah seni kreasi pertunjukkan. Upaya ini adalah salah satu misi membawa warisan budaya Lampung yang telah ditetapkan nasional untuk dapat ditetapkan didunia (UNESCO),


Novellia Yulistin Sanggem 

Sabtu, 09 April 2016

Pelatihan Gamolan




Tabik Pun... 

Gamolan Institute Lampung divisi Penelitian dan Pengembangan mengadakan sebuah program pelatihan gamolan dan diperuntukkan untuk siapa saja yang ingin tau dan mau tau tentang alat musik tradisional Lampung yaitu "Gamolan". Pelatihan ini bukan hanya mengajarkan tentang bagaimana dapat memainkan Gamolan, tetapi juga diberikan ilmu pengetahuan tentang sejarahnya. Output dari pelatihan ini adalah sebuah Home Konser Gamolan. Pelatihan Gamolan  terbuka umum dan pendaftaran tidak dipungut biaya (GRATIS) 

Pelatihan akan dilasanakan setiap seminggu sekali pada :
Hari      :  Rabu
Pukul    :  16.00 Wib s/d 17.30 Wib
Tempat  :  Sekretariatan Gamolan Institute Lampung
                 Jl ZA Pagar Alam Gg Semangka Gedung Meneng Bandar Lampung
                 (Depan KNPI Provinsi Lampung)  

Informasi Pendaftaran ;
Contact Person 
Hasyimkan (081369023721)
Novellia Yulistin Sanggem (085368681001)
Ariansyah Setiawan (082179929133)

Yuk Lestarikan Alat Musik Tradisional Lampung "GAMOLAN"
"Mak Gham Sapa Lagi, Mak Ganta Kapan Lagi"

Yudhi Purwanto (Bayong)
Kord Divisi litbang Gamolan Institute Lampung



Selasa, 05 April 2016

Gambus Lampung


Gambus adalah instrumen musik yang berasal dari jazirah Arab.  Berbagai bukti historis  menunjukan bahwa instrumen ini telah digunakan oleh bangsa Arab sejak era jahiliyah (Pacholczky, 1983:253).   
Persebaran Islam bersamaan dengan aktifitas perdagangan telah membawa alat musik ini tersebar ke berbagai wilayah di Timur-Tengah, Eropa, Afrika, Asia (Sachs,1940:251). Kendati berasal dari budaya musik bangsa Arab, ternyata istilah oūd sendiri tidak digunakan secara merata. Kita akan menemukan beberapa istilah lain untuk menyebut instrumen ini, seperti antara lain:  lute (negara-negara Eropa Barat) ; kaban (Somalia) ; barbat (Persia) ;  ούτ/ outi  (Yunani) ; ‘Ud/ ‘Ut  (Turki) dan gambus (Malaysia dan Indonesia). 

Penyebaran Budaya Musik Timur-tengah di Nusantara 
'Oud/ut/gambus
Koleksi pribadi Edy Pulampas
Masuknya budaya musik Timur-tengah di Nusantara tidak dapat dilepaskan dari upaya penyebaran ajaran agama Islam dan aktifitas politik- ekonomi pada masa itu. Intensitas hubungan antara para pribumi di Sumatra khususnya, dan Nusantara pada umumnya, dengan para pedagang dari latar belakang budaya Islam memungkinkan terbentuknya  sebuah pola hidup yang ‘baru’. Baik itu yang bersifat akulturatif maupun enkulturatif. Hubungan dan keakraban sedemikian sedikitnya menghasilkan dampak yang dapat dilihat secara nyata, seperti antara lain: 1) Sistem pewarnaan dalam batik yang ada di Jawa, 2) sastra lisan dalam bentuk puisi seperti masnawi, ruba’i , ghazal dan sebagainya, sehingga masyarakat melayu gemar berpantun, 3) diperkenalkannya huruf Arab yang berkembang menjadi Arab-Melayu, 4) penggunaan instrumen musik yang berasal dari Timur Tengah (Parto, 2003:23). 

Parto membagi secara periodik mengenai masuknya pengaruh budaya Islam ke dalam tradisi musik di Nusantara, yaitu: pre Suez canal abad ke-13 di Sumatra dan abad ke-15 di Jawa) dan post Suez canal abad ke-19. Secara garis besar, pembabakan ini dapat dilihat secara preposesi dari penggunaan instrumen musiknya. Pada periode pre Suez canal, musik berorientasi pada ajaran Islam sufisme yang disebarkan oleh para kaum Sufi yang berasal dari Persia, Turki dan India sekitar  abad ke-13. Ajaran Islam ini. Musik dalam arti luas ; yang berorientasi pada agama Islam pada periode ini ditunjukan dengan keberadaan jenis nyanyian yang disebut dengan zikr. Dalam bahasa lokal meliputi Jawa dan Sumatra disebut dengan dzikir, yaitu: repetisi nama suci Allah, pujian-pujian ataupun do’a  yang diucapkan secara ritmikal, contohnya: “Allahu, la ilaha ilallah”. Termasuk di dalamnya pula instrumen musik seperti rebab, bambus, daff atau rebana, nay (serunai) atau suling dan  naqqaroh atau ketipung (Parto, 1995:54). Sementara pada periode post Suez canal, yang berkembang adalah kesenian yang berorientasi pada ajaran Islam Arab. Kasidah barzanji, dalang jemblung dan seni pertunjukan lainnya yang tidak lagi didominisi oleh instrumen gamelan (budaya musik Hindu/Budha) atau musik yang bersifat akulturatif (Parto 1995:57).

qanbus (yaman), gabusi (comoros), gabus (oman dan arab),
Kibangala (Pesisir Swahili), gambus (Indonesia dan Malaysia)
www.atlasofpluckedinstruments.com/lutes/Middle-East.htm
Gambus Sebagai Musik Tradisi  Lampung 
Sebagai sebuah genre musik, beberapa ahli berpendapat bahwa penggunaan istilah gambus  berhubungan erat dengan popularitas sebuah genre musik berirama padang pasir yang populer sekitar tahun 1940-an, dengan tokoh-tokoh seperti Syech Albar, SM Alaydrus, Hasan Alaydrus, Muchtar Lutfie, Sajid Efendi, A Khalik. Selain nama-nama tersebut terdapat pula beberapa penyanyi bersuara emas seperti  Hasnah Tahar, Kampret, Syaugi dan  Fauzi  yang seringkali mengumandangkan lagu-lagu irama padang pasir melalui corong RRI Studio Jakarta. Orkes gambus semacam ini umumnya terdiri dari beberapa instrumen seperti gambus Arab, Marwas, biola, akordion, rebana dan beberapa instrumen lain yang digunakan mengiringi vokal maupun tarian. Umumnya nyanyian musik orkes gambus ini memainkan bentuk nyanyian ghazal yang berupa pantun bersaut dengan -tema religius maupun tema percintaan (Musmal, 2003: 2).

gambus bernuk atau gambus bagan
Koleksi pribadi Ansyori
Dalam konteks ini, gambus Lampung memiliki sorak tersendiri dibandingkan dengan musik gambus yang tersebar di wilayah lain di Nusantara. Jika musik gambus di tempat lain disajikan dalam berbentuk orkes dan digunakan sebagai musik tari - sebagaimana dijelaskan di atas – musik gambus yang berkembang di Lampung Pesisir justru berbentuk tunggal. Gambus di sini dimainkan untuk mengiringi nyanyian, tanpa kehadiran instrumen musik lainnya.
Selain itu, secara musikal, (Pola irama, pola melodi, ornamentik, kadens) gambus Lampung Pesisir juga memiliki corak tersendiri dibandingkan permainan gambus lainnya di Nusantara dan yang ada di Timur-tengah (Irawan, 2008: 109). Oleh sebab itu dapat dikatakan bahwa ; meski gambus merupakan instrumen musik yang datang dari luar Lampung, namun musik yang dimainkan adalah miliki masyarakat Lampung itu sendiri.

Corpus Gambus Lampung
Masyarakat Lampung, khususnya Pesisir memiliki 3 macam gambus. Pertama, gambus balak (besar), gambus Arab, atau disebut juga gambus albar (Arab: besar). Penambahan kata balak yang berarti ‘besar’. Kedua, gambus lunik (kecil) yang ukurannya lebih kecil jika dibanding dengan jenis gambus Arab. Di ranah Melayu gambus lunik ini dikenal dengan sebutan gambus zapin atau gambus Melayu. Ketiga, gambus bernuk atau gambus bagan yang saat ini relatif sulit ditemukan keberadaanya. Gambus ini terbuat dari buah bernuk atau buah maja, dan sering dimainkan oleh orang-orang bagan yang beraktifitas di laut. 

Narasumber :
Penasehat Gamolan Institute Lampung
Ricky Irawan, S.Sn

Rabu, 30 Maret 2016

Festival Kampung Wisata Segalamider

Tabik Pun..

DCC Global School dan Gamolan Institute Lampung kembali menggelar sebuah kegiatan di Kampung Wisata Tiyuh Segalamider. (19-29 Mei 2016)

Adapun kegiatan ini akan dimeriahkan dengan :
-   Pentas Akhir Tahun Siswa/i DCC Global
-   Karnaval dan Festival Gamolan Progresif
-   Lomba Mewarnai Siswa/i PG/TK (Free)
-   Bazar Buah, Bunga, Bibit, Makanan, dll

Karnaval dan Festival Gamolan Progresif  akan dilaksanakan pada :
Tanggal 28 Mei 2016, Pukul 08.00 Wib s/d selesai
Tempat Sekolah DCC Global School
(Jl. Pagar Alam (PU) Mata Intan No 41 Segalamider, Tanjung Karang Barat Bandar Lampung)
Pendaftaran : 1 April - 13 Mei 2016






Spesifikasi
1.  Karnaval (pendaftaran Rp. 25.000)
  • Kategori Lomba (Umum)
  • Kriteria Penilaian ( Terunik dan Terbanyak)
  • Hadiah (Juara 1-3 ; Trophy + Piagam Penghargaan + Uang Tunai)
2.  Festival Gamolan Progresif (pendaftaran Rp. 25.000)
  • Kategori Lomba (Umum) 
        -  Lagu Wajib  
          ( Gamolan Lampung/Cipt. Hasyimkan, S.Sn., MA)
        -  Lagu Pilihan (Bebas)
  • Kriteria Penilaian ( Terkreatif)
  • Hadiah (Juara 1-3 ; Trophy + Piagam Penghargaan + Uang Tunai)
Untuk Informasi dan pendaftaran
Putra (08976009847)
Ariansyah Setiawan (082179929133)

Ketua Panitia ; Henny Lestari, S.Pd
Sekretaris Panitia ; Ariansyah Setiawan